PERAN PEMUDA DALAM MEMBANGUN BANGSA YANG BERPERADABAN
(MEMAKNAI TAHUN BARU ISLAM 1439 H)
AHMAD, S.Pd.I, M.Pd
Lulusan Pascasarjana UIN Mataram
Pada bulan September tahun 622 Masehi, Nabi
Muhammad SAW melakukan perjalan monumental yakni melaukan hijrah dari Mekkah ke
Madinah, yang menjadi peristiwa besar bagi umat Islam, dimana peristiwa itu
mempunyai makna yang mendalam bagi umat Islam dunia, karena peristiwa itu
kemudian menjadi awal tahun kalender Islam yang selalu diperingati hingga
sekarang. Peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bukan
peristiwa yang biasa, tetapi peristiwa tesebut mempunyai makna yang sangat
dalam untuk dijadikan pelajaran bagi kita, yaitu bagaimana berjuang
menyelamatkan dakwah islam dari gangguan dan ancaman kaum kafir Quraisy.
Sebagian umat islam memaknai bahwa, peristiwa
hijrah ini adalah sebagai suatu perpindahan berupa migrasi penduduk dari kota
Mekkah ke Madinah. Padahal sejatinya, hijrah ini merupakan sebuah perjuangan
besar dan bentuk perlawanan terhadap kaum musyrikin Mekkah dengan resiko
kehilangan nyawa. Hijrah bukanlah melarikan diri, tetapi sebuah persiapan
membekali diri untuk kehidupan akhirat. Perlu penulis sampaikan bahwa makna
hijrah itu ada dua, yaitu Pertama, hijrah makaniyah, yaitu hijrah tempat,
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW berpindah dari kota Mekkah ke
Madinah. Kedua, hijrah maknawiyah, yaitu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk mereformasi serta merevolusi pikiran, tutur kata, dan tingkah
laku untuk melakukan perubahan secara konsisten menuju kearah yang lebih baik di masa mendatang. Dari
penjelasan tersebut, makna yang ke dualah yang lebih tepat untuk dijadikan
pegangan bagi kita yang hidup di era kekinian. Makna hijrah yang pertama sudah berakhir sampai pada
peristiwa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Setelah Rasulullah SAW melakukan hijrah dan
menduduki Madinah, beliau berhasil membangun sebuah tatanan masyarakat yang berperadaban
atau yang disebut dengan masyarakat madani, yaitu tatanan masyarakat yang maju
(berpendidikan), aman, damai, dan sejahtera. Sehingga apa yang dilakukan Rasulullah SAW
tersebut dijadikan kiblat bagi kemajuan peradaban berikutnya. Keberhasilan Rasulullah
SAW dalam membangun masyarakat yang berperadaban pada saat itu tidak terlepas
dari peran pemuda dalam berjuang menegakkan kalimat Allah. Misalnya Zaid bin
Tsabit, Mu’adz bin Jabal, Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin ‘Umair, Aisyah, Asmah
binti Abi Bakar dan lain-lain.
Islam memberikan perhatian yang sangat besar
terhadap pemuda dalam menegakkan kalimat Allah di atas muka bumi ini, serta
memperbaiki mental para pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah pemain
utama di masa yang akan datang. Merekalah sebagai pondasi yang menopang masa
depan umat ini. Di belahan dunia manapun, kemerdekaan tak pernah luput dari
peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan berambisi
memperjuangkan perubahan menuju lebih baik. Hasan al-Banna seorang tokoh
pergerakan di Mesir pernah berkata, “Disetiap kebangkitan, pemudalah pilarnya.
Disetiap pemikiran, pemudalah pengibar panji-panjinya”. Peran pemuda pernah
juga tersirat dalam ungkapan presiden Soekarno yang meminta sepuluh pemuda yang
dilatih untuk mengguncangkan dunia.
Karena itu, banyak ayat al-Quran dan hadits yang
mendorong kita agar membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena
jika mereka kreatif dan produktif maka umat ini akan memiliki masa depan yang
cerah. Generasi tua akan digantikan oleh generasi muda yang shaleh. Rasulullah
pernah bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah dalam
naungan pada hari tidak ada naungan kecuali naungannya yaitu salah satunya
seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah.” (HR. Muslim).
Maka untuk itu, yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimanakah keadaan pemuda
Islam hari ini.? Mampukah pemuda Islam hari ini menjadi pemain utama untuk
membagun bangsa yang berperadaban.? Pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan mampu
dijawab ketika pemuda-pemuda islam mengetahui dan memahami peran serta
eksistensinya.
Sekarang kita dihadapkan dengan zaman modern,
tantangan gerakan pemuda Islam sangat kompleks, baik yang bersifat konkrit
maupun ideologis. Munculnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam era ini bisa
mengakibatkan dampak destruktif bagi gerakan pemuda Islam dalam menyiarkan misi
Islam kepada masyarakat. Demikian pula munculnya berbagai paham dan ideologis
dapat menggeser eksistensi pemuda Islam, yang pada gilirannya akan mendesak
lingkup dan laju gerakan pemuda Islam. Masyarakan Islam tidak terkecuali pemuda
di dalamnya mau tidak mau akan berhadapan dengan dampak dari era ini dalam
bentuk agresi politik, kultural, ekonomi, dan ideologi yang memarjinalkan dan
mendiskualifikasikan struktur tradisional masyarakat yang sudah mapan. Pada
dataran ini gerakan pemuda Islam dituntut mampu memberikan paradigma-paradigma
baru yang mampu mentransfer pesan-pesan ajaran Islam kepada masyarakat.
Secara
umum, masalah yang dihadapi oleh pemuda-pemuda Islam dalam membangun pribadi
yang beradab serta membangun bangsa yang berperadaban ada du faktor yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternalnya adalah, problem
hegemoni peradaban Barat. Peradaban Barat yang berlandaskan pada paham
sekularisme, rasionalisme, liberalisme, utilitarianisme, dan materialisme,
telah membawa dunia menuju ambang kehancuran. Memang tidak menutup mata
berbagai keberhasilan dan kemajuan yang dihasilkan oleh peradaban ini. Namun
tidak dapat juga dipungkiri peradaban Barat juga telah menghasilkan penjajahan,
perang berkepanjangan, ketimpangan sosial, kerusakan lingkungan, keterasingan (alienasi)
dan anomie (berkurangnya adat sosial atau standar etika dalam diri individu
atau masyarakat). Tidak terdapat keseimbangan dan ketertiban di masyarakat.
Ilmu yang berkembang di dunia Barat saat ini berdasarkan pada rasio dan panca
indra, jauh dari wahyu dan tuntutan ilahi. Meskipun telah menghasilkan
teknologi yang bermanfaat bagi manusia, ilmu Barat modern telah pula melahirkan
bencana, baik kepada kemanusiaan, alam, maupun akhlak. Akibat paham
materialisme maka terjadi penjajahan dan kolonialisasi. Perbudakan terjadi dan
kekayaan alam dieksploitasi. Peradaban Barat diakui telah mendatangkan kekayaan
secara material, tetapi sangat kering dan miskin secara etika dan moral. Segala
sesuatu cenderung dilihat dari sudut kemajuan material. Ini sesungguhnya
merupakan degredasi dan reduksi terhadap kualitas hidup manusia. Akibatnya, nilai-nilai
luhur kemanusiaan, sepeti kasih sayang, kebersamaan, solidaritas, dan
persaudaraan sebagai sesama manusia kurang mendapat perhatian yang wajar dalam
masyarakat.
Sedangkan
faktor internalnya adalah, pemuda-pemuda Islam kebanyak sudah meninggalkan
agamanya atau meninggalkan petunjuk hidupnya (al-Quran dan sunnah). Jika
pemuda-pemuda Islam mulai menjauhkan diri dari petunjuk yang telah ditetapkan
dalam al-Quran dan sunnah maka secara otomatis kehidupannya tidak akan terarah
dan yang menjadi motor penggerak dalam dirinya adalah hawa nafsu. Pemuda-pemuda
Islam lebih suka jalan-jalan ke mall dari pada pergi ke masjid, lebih suka main
facebook, whatApp, twitter dari pada membaca dan mengkaji isi kadungan al-Quran
serta membaca dan mengkaji ilmu pengetahuan, lebih suka duduk nongkrong di
jalan-jalan dari pada duduk di majlis ilmu. Kondisi-kondisi seperti utulah yang
membuat generasi Islam mengalami penurunan kualitas SDM maupun kualitas moral.
Sehingga pengaruh-pengaruh yang datang dari luarpun sulit ditangkis oleh
generasi-generasi Islam, yang pada akhirnya mereka mengikuti tanpa ada proses
filterisasi.
Problem-problem
seperti yang telah dijelaskan oleh penulis di atas, merupakan problem yang harus
segera diatasi oleh pemuda-pemuda Islam. Pergantian tahun baru hijriyah (tahun
baru baru umat Islam) adalah momen bagi pemuda-pemuda Islam untuk memuhasabah
diri menjadi pribadi yang kreatif, produktif serta inovatif. Pemuda-pemuda
Islam harus bisa memahami serta merealisasikan makna hijrah sebagai hijrah
islamiyah, yaitu peralihan kepasrahan kepada Allah secara total. Artinya
setelah modernisme menggiring kita kepada rasionalisme yang tinggi, hingga
menyandarkan kehidupan pada tekhnologi, menggiring kita pada pemikiran yang
apatis, hedonis, serta materialistis, maka saatnya kita sebagai pemuda Islam
harus berbalik arah kepada Allah yang maha pencipta. Atau dalam bahasa yang
berbeda pemuda-pemuda Islam harus berhijrah dari pribadi yang malas menjadi
pribadi yang cinta akan ilmu pengetahuan, dari pribadi yang jauh dari petunjuk
menjadi pribadi yang selalu melekatkan diri pada petunjuk, serta dari pribadi
yang biadab menjadi pribadi yang beradab.
Pemuda-pemuda
Islam tidak akan mungkin bisa membangun bangsa yang beperadaban kalau dalam
dirinya belum melakukan hijrah di jalan Allah. Sebab membangun bangsa yang
berperadaban harus dimulai dari pribadi pemuda itu sendiri. Sehingga tidak
berlebihan jika penulis mengatakan bahwa syarat yang paling utama dalam
membangun bangsa yang berperadaban adalah harus dimulai dari pribadi-pribadi
yang beradab, bukan pribadi-pribadi yang biadab. Kalau pemuda-pemuda Islam
sudah mampu berhijrah untuk menjadikan dirinya sebagai pribadi yang beradab
maka pemuda-pemuda akan mudah menjalankan perannya dalam membangun bangsa yang
berperadaban, yaitu bangsa yang maju, aman, damai, sejahtra, serta bangsa yang
diridoi oleh Allah SWT.
Diakhir
tulisan ini penulis menegaskan bahwa, dalam membangun bangsa yang berperadaban,
pemuda-pemuda Islam paling tidak harus memiliki lima hal, yaitu memiliki
pemikiran yang dilandasi keikhlasan karena Allah, mengabadikan hidupnya untuk
beribadah kepada Allah, tak pernah berhenti mencari ilmu sebagai bekal
hidupnya, karena peadaban tidak akan pernah tegak tanpa imu, dan mengamalkan
ilmu yang didapatkan serta berjihad untuk merealisasikan ilmunya. Sebab, tanpa
usaha dan perjuangan sebuah ide atau gagasan tidak akan pernah muncul dan
berkembang. Bangsa kita, isnya Allah akan bangkit menjadi Bangsa yang
berperadaban jika para pemudanya menjaga orisinalitas pemikiran Islam mereka
berdasarkan system nilai dan akidah Islam.
Semoga
di tahun baru 1439 H. ini pemuda-pemuda Islam benar-benar bisa memberikan
kontibusi serta menjalankan perannya dalam membangun bangsa yang berperadaban.
Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin..!!!
Komentar
Posting Komentar